Senin, 07 November 2016

16 TIPS UNTUK PENDAKI PEMULA

16 TIPS UNTUK PENDAKI PEMULA




Kenapa 16?

Kenapa gak 20?

....karena gua ingin kamu yang baca bisa nambahin tips selanjutnya sampai 20 di kolom komentar.

*padahal aslinya belum nemu tips ke 17-20. Wekaweka.

But, Anyway,

Sebenernya, kayaknya gua udah pernah nulis soal tips pendaki pemula ini. Kalau kamu rajin baca Jalan Pendaki pasti udah tau postingan Naik Gunung Itu #SafetyFirst, Panduan Mendaki Gunung Masa Kini,  Tips Mendaki Gunung Anti Nyasar, sampai Tips Tetap Kece Mendaki Gunung. Tapi emang gak terangkum jadi satu postingan sih. Emang nyebar-nyebar di beberapa postingan kayak tadi, makanya, mungkin ini saatnya untuk menjadikannya satu, seperti aku dan kamu. 

....kamunya siapa bang?

Masih misteri gunung merapi neng.

Ha?

Ok bhay. 

Tips ini terdiri dari SSS (bukan Slamet, Sumbing, Sindoro ye), yakni SEBELUM, SAAT, dan SESUDAH pendakian, biar gampang buat diinget-inget dan (kalo bisa) dipraktekkan.

Langsung aja, ini dia, 16 Tips Untuk Pendaki Pemula, sudah pasti, ala Acen dan Jalan Pendaki. Simak cuss!



SEBELUM PENDAKIAN

1. PERSIAPAN - PELAJARAN - PERENCANAAN
Gua sebenernya udah saatnya buat nulis yang super serious karena you know lah, gua udah gak bisa main-main lagi. Udah saatnya serius dan meniqa. Pret. 

Jadi, sebelum mendaki gunung ada 3 hal yang wajib banget dilakukan. 3 hal ini masih dalam tahap gak ngapa-ngapain kecuali mikirin. Nah, yaitu persiapan, pelajaran, dan perencanaan. Mari kita breakdown satu-satu:

Persiapan-Adalah saat dimana kamu menyiapkan segala sesuatunya seperti mental yang kuat, niat yang baik, dan izin orang tua yang sudah dikantongi. Mengapa semuanya menjadi penting? Karena, naik gunung bukan sekadar pake kaos MY TRIP MY ADVENTURE-NATGEO yang mana keduanya itu beda banget dan gak ada hubungannya satu sama lain. Tapi naik gunung lebih ke, bertahan dari kelemahan diri sendiri, survive, dan kembali lagi ke rumah. Naik gunung tuh chapeque tahu gak sih?

Niat yang baik tentu aja diperlukan, dimana, niat yang baik ini akan mengantarkan perilaku terbaikmu ketika di gunung nanti. Kalau niatmu baik, kamu gak bakal kepikiran tuh bawa-bawa tipe-x buat coret-coret batu di gunung, bawa-bawa pisau buat ngukir pohon, atau bawa-bawa kertas yang ditulisin terus ditinggal gitu aja di gunung. Niat yang baik, bakal membawa kebaikan buat kamu dan gunung itu sendiri. 

Sama ijin orang tua. Ini menjadi sangat penting. Mengapa? Ingat sama kejadian pendaki cewe yang nekat ke Semeru dan ternyata gak ijin sama ibu-bapaknya? Nah, bisa aja kejadian kayak gitu menimpa kamu. Coba, sedih banget gak sih, pamitnya cuma main sebentar, tau tau orang tuanya denger kalo anaknya ditemukan tewas di gunung Semeru. Mana anaknya cantik.... :(

Pelajaran-Seperti yang gua tulis di 7 Cara Menjadi Pendaki Yang Budiman, bahwa naik gunung juga perlu belajar. Belajar mendaki gunung ada banyak macamnya, misalnya medan gunung yang akan didaki, waktu tempuh, jenis gunung yang banyak air apa yang miskin air, apa yang perlu dilakukan sebelum mendaki gunung, dan masih banyak lagi variabelnya. Lebih tepatnya, pelajari kondisi gunung yang akan didaki nanti.

Perencanaan-Semua hal di dunia ini perlu perencanaan, gak cuma di dunia finansial, tapi juga di dunia pendakian. Perencanaan  bisa dimulai dari menentukan gunung mana yang mau didaki pertama, mau jalan sama teman-teman dalam bentuk share cost apa mau ikutan open trip. Semua harus direncanakan dengan baik-baik. Gak perlu mateng-mateng banget.



2. ITINERARY
Hmm. Sebenernya itinerary sama perencanaan itu gak jauh beda sik. Haha. Tapi ya, kalau itinerary inilah yang jauh lebih matang dari yang tadi. Itinerary ini sifatnya lebih detail. Seperti yang udah gua tulis di Itinerary Pendakian Gunung, bahwasanya, detail dari berangkat dimana, ngumpul dimana, waktu jalan kapan, jam berapa ngapain aja, balik lagi ke rumah jam berapa, itu musti detail banget, meskipun gak akan setepat waktu itu kalau udah dijalanin. Tapi ini penting. Supaya kita bisa perkirakan kehidupan kita nanti. Persis kayak rundown kalau kamu lagi bikin acara-acara macem-macem di kampus atau di kantor.

3. LENGKAPI PERALATAN MENDAKI
Setelah tau tujuan pendakian dan itinerary, kita akan segera bisa men-define apa-apa saja peralatan yang diperlukan. Yang pasti, peralatan standar pendakian kayak sendal/sepatu gunung yang cocok buat jenis gunung tersebut (baca: Memilih Sepatu Gunung), tenda,springbed sleeping bag, alat masak, nesting, dan lain selengkapnya yang bisa dibaca di Peralatan Mendaki Gunung. Perlatan mendaki bisa sama bisa berbeda tergantung jenis orang dan jenis gunungnya. Kalau kayak gua, udah gak keitung berapa juta orang yang bilang kalau gua rempong kebanyakan bawaan, meskipun gunungnya gemes. Bisa kebayang kan kalau gunung yang berhari-hari banget?


4. PERSIAPAN FISIK - OLAHRAGA
Satu yang kadang dilupain sama orang-orang yang excitement-nya terlalu tinggi pas tau mendaki. Gua kadang bingung juga sih, dulu waktu pertama kali mau mendaki gunung, meskipun seneng bukan kepalang tapi rasa ragu, cemas, khawatir, dan ragu-ragu ikutan menyelusup ke dalam ruang hati ini sehingga membuat gua kerap berpikir ratusan kali, jadi gak ya, sanggup gak ya, mampu gak ya?

Akhirnya, gua makin memantapkan diri dan berusaha sebaik mungkin nyiapin mental dan fisik sebegitunya. Masih ingat banget dulu, sebulan sebelum naik gunung, mengingat gua gak pernah olahraga sebelumnya, gua gila-gilaan lari ngelilingin UI. Gak cuma lari, tapi loncat-loncat, lari turun bukit kecil-kecilan UI. Demi membuat fisik gua siap menghadapi terjalnya Gunung Merbabu. Tapi kayaknya para newbie sekarang, cuma kegirangan doang mau naik gunung pertama tanpa mempersiapkan diri sebegitunya. Jangan ikut-ikutan yang bandel yak! TetapOlahraga Sebelum Mendaki, kecil-kecilan aja juga gak papa.

5. MANAJEMEN LOGISTIK
Okay. Peralatan udah. Olahraga udah. Itinerary udah. Nah sekarang saatnya management logistik. Yup, logistik adalah barang bawaan manjat yang wal khususon ke makanan. Lebih kepada apa aja sih makanan yang harus kita bawa pas pendakian?

Biasanya kalau makanan berat sih selalu dibagi kelompok. Termasuk air. Makanan ringan bisa dibilang tanggung jawab pribadi dengan selera pribadi. Apa saja makanan yang biasa gua bawa? Coba intip postingan Menu Makanan Pendakian ini.

6. SURAT IZIN PENDAKIAN
Namanya SIMAKSI. Aduh kepanjangannya lupa. Kayaknya Surat Izin Masuk Kawasan Konservasi, deh. Surat ini biasanya ada di gunung-gunung yang udah jadi kawasan konservasi kayak TNGGP (Taman Nasional Gunung Gede Pangrango) dan TNGHS (Taman Nasional Gunung Halimun Salak). Tapi aturan mendapatkan surat-surat ini biasa berbeda setiap gunung. Kalo TNGGP emang agak rempong, jadi musti didapetin beberapa hari sebelum nanjak dan harus daftar online, gak kayak gunung yang lain.


7. SIAPKAN OUTFIT YANG TEPAT
Yeay! Waktunya bahas outfit! Ini yang paling aku suka chungguh! Karena apa? Karena bisa sekalian jualan kaos barunya JLNPNDKI wekaweka. Iya, kini JLNPNDKI punya produk baru yang kekinian banget! Dengan bahan kualitas super dan design kualitas distro ala-ala instagram yang kekinian, kamu bisa mendapatkan kaos itu dan jadi fashionable meskipun di gunung, lho!

Oke, iklannya udahan.

Outfit yang tepat adalah dimana kita kalau bisa bawa baju yang cukup, kering, dan memadai untuk masa pendakian. Gak usah berlebihan gak usah kekurangan. Pas aja. Dengan bahan yang sesuai untuk pendakian kayak baselayer, dryfit, celana kargo, maupun kaos-kaos mudah kering kayak kaos koleksinya JLNPNDKI #lah

Jaket dan segala rupa juga musti dibawa. Oiya, ada saran dari beberapa teman, kalau bisa, naik gunung dengan outfit berwarna yang mencolok agar mudah ditemukan ketika ilang *amit-amit jangan sampe tapi*. Warna mencolok misalnya bright white, shocking pink, atau ijo stabilo. Pokoknya yang bikin temen-temen kamu silau sekaligus kesel ngeliatnya.

Lengkapnya, ada di Tips Tetap Kece Saat Mendaki.



SAAT PENDAKIAN

8. AKLIMATISASI
Kayak yang udah gua tulis di Hipotermia Bukan Cuma Di Kutub Utara, bahwa tubuh kita memerlukan aklimatisasi sebelum mendaki. Badan kita perlu mengetahui kondisi gunung. Tingkat dinginnya seberapa. Kondisi alamnya kayak gimana. Agar siap sebelum pendakian dimulai. Bisa dilakukan dengan stay dulu semalam di basecamp pendakian. Atau ngemil-ngemil cantik dulu sebelum manjat.

9. BERDOA SEBELUM MENDAKI
Seperti yang gua bilang di Tips Mendaki Anti Nyasar, bahwa terkadang mungkin saking excitednya kita mau ketemu alam bebas. Mau muncak gunung. Mau selfie, kita suka lupa berdoa. Sekali lagi ini penting. Perkara percaya Tuhan atau gak, paling tidak, dengan berdoa seperti:"semoga pendakian ini baik-baik saja, lancar, dan aman" bisa kasih ketentraman di hati kita. Dan kelancaran di pendakian. Betul gak mamah dedeh?

10. IKUTI PROSEDUR #SAFETYFIRST
Saat mendaki gunung, ikuti prosedur #SAFETYFIRST yang udah gua tulis itu. Gak berat kok. Dan sekali lagi, ikuti juga tips mendaki anti nyasar itu. Kalo capek bilang, kalo lelah dikasih harapan palsu bilang, kalau mau teriak, tinggal teriak. Asal, jangan sampai kejadian kenapa-kenapa diem aja. Kasian teman rombongannya. Ikuti itinerary yang udah dibuat rombongan, dan percayalah pada team leader. Eh, percaya pada masing-masing rombongan serta percaya diri juga.

11. BAWA TURUN SAMPAH 
Kalau ini sih ya, kayaknya harus terus menerus gua edukasi. Bawa sampah itu enteng kok. Emang rempong aja sih, gede gitu di plastik. Tapi kan, yang bekas makan ngana, yang bekas minum ngana, yang bawa-bawa bebarang itu ngana, masa orang lain yang bawain? You think you flower? Cantik banget kayak ratu sampahnya gak mau dibawa turun?

Karena sesungguhnya, yang sampah adalah kamu kalau gak membawanya turun. Soalnya dia gak punya kaki buat turun sendiri, iya gak?

Selalu ingat ini:

Take nothing but pictures.
Leave nothing but footprints.
Kill nothing but time.

12. TETAP HIDUP
Tujuan mendaki gunung yang utama, iya, bullshit kalau bukan puncak, pasti puncak. Tapi akan diiringi tujuan berikutnya yang jauh lebih penting daripada puncak, yaitu, pulang ke rumah dengan selamat.

Karena tentu aja, pendaki yang sukses, pendaki yang cool, kece, pendaki yang penuh pengalaman segudang, adalah pendaki yang tetap hidup. Berjuanglah tetap hidup dan jangan berbuat konyol yang sekiranya membuat kamu bisa kehilangan nyawa (meskipun naik gunung itu sendiri ada sebagian resiko bakal kehilangan nyawa dengan berbagai cara). Kalau pendaki yang tidak hidup lagi namanya almarhum atau almarhumah.

Pilih mana?



SESUDAH PENDAKIAN

13. KABARI ORANG TERDEKAT
Orang terdekat gak melulu soal keluarga. Bisa jadi gebetan, pacar, calon pacar, calon suami/istri, atau calon putus. Ya bisa siapa aja kan. Meski sewajarnya sih keluarga dulu. Karena mereka kan pasti khawatir lah ya kalau anaknya belum ada kabarnya dari gunung. Ngakunya cuma naikGunung Munara yang cuma sehari, eh, ternyata naik Gunung Lawu yang sampe 3 hari.

Nah, biar mereka gak khawatir dan mikir macem-macem, pastikan setelah turun gunung dan dapet sinyal lagi, langsung kabarin!

14. ISTIRAHAT
Paling enak waktu sampe ke basecamp adalah ini, istirahat. Kebayang gak sih kamu akhirnya sampe lagi di peradaban dan bikin isi kepala kamu yang pengen teteriakan gemes serta nangis-nangis manja karena udah sampe lagi di bawah dengan selamat?

Gua biasanya begitu liat plang atau apapun lah yang menandakan kalau gua dah sampai selalu: "AKHIRNYAAAAAA"

Lalu duduk dengan manja dan nangis-nangis gemes sambil ketawa-ketawa persis orang gila. Ditambah meluk-meluk kerir dengan mesra. Oh indahnya...

"Kok yang dipeluk keril mz? jomblo ya?"

*kemudian nangis beneran


15. MANDI
Yap, mungkin cuma gua yang mementingkan mandi di atas segalanya setelah sampai di bawah. YA AMPUN! Air itu rasanyaaaa segar bangettttt! Hampir semua gunung, pasti airnya jauh lebih segar, dingin, dan membuat kita rejuvenating. Halah halah apa itu artinya. Intinya, sayang banget kalau begitu sampai bawah gak melakukan ritual mandi. Rasanya, kayak ada yang kurang!

16. MAKAN ENAK
Waktu lagi perjalanan turun gunung dengan sisa-sisa tenaga, biasanya yang paling menguatkan adalah ketemu lagi sama makanan-makanan enak. Kalau gua, biasanya, fetish terbesar gua adalah makan sate ayam, es kelapa muda, mie ayam, sama JUNKFOOD! OMG ENDES BANGET!!!

Jadi pengen makan JunkFood! Huah!

***

Yak, begitu saja 16 Tips Buat Pendaki Pemula yang pengen nyobain rasanya naik gunung. Naik gunung itu susah-susah gampang, enak-enak gak. Asal ngikutin prosedur, insha Allah akan selalu aman kok.

Nah, lagi-lagi, gua selalu bilang,

Take nothing but pictures.
Leave nothing but footprints.
Kill nothing but time.

CIAO!

Tips Pendakian Gunung Merapi

PENDAKIAN GUNUNG MERAPI (2930 MDPL)


Pendakian Gunung Merapi - Sama seperti Gunung Semeru, mendaki Gunung Merapi tak pernah masuk kedalam daftar mimpi petualangan saya. Merapi yang terkenal sebagai gunung paling aktif di pulau Jawa terus terang tak pernah menarik minat saya untuk datang berkunjung. Meski banyak kawan yang bilang mendaki Merapi itu menyenangkan karena punya segudang tantangan, dan di media social pun banyak beredar foto-foto keren yang diunggah para pendaki gunung ini, saya tetap tak tertarik untuk mendaki kesana.

Namun beberapa waktu lalu, akibat ajakan mendaki 2 gunung berinisial M yang ada di Jawa Tengah, saya pun akhirnya datang juga dan mencicipi pendakian di Gunung-nya almarhum Mbah Maridjan ini.

Trek pendakian Gunung Merapi didominasi tanjakan terjal berbatu yang panjang

trek awal pendakian menuju gerbang masuk TNGM
Berdasarkan info dari kawan-kawan yang pernah mendaki ke Merapi, bagian terseru sekaligus tersulit dari pendakian Gunung Merapi adalah trek dari Pasar Bubrah menuju puncak yang didominasi medan pasir berbatu dengan kemiringan tanjakan yang aduhai. Namun nyatanya, setelah merasakan sendiri, trek pendakian Merapi sudah cukup menyiksa sejak dari Gerbang Masuk Taman Nasional.

Di sebuah persimpangan di pertengahan jalur menuju Pos 1, saya bersama beberapa kawan memilih jalur arah kanan yang ternyata bermedankan tanjakan curam yang sangat panjang. Disiksa tanjakan seperti itu, otomatis tubuh saya yang memang tak punya stamina prima benar-benar dibuat kepayahan. Kondisi alamnya yang didominasi hutan belantara yang cukup rapat tak memberikan view pemandangan indah untuk dinikmati sebagai pengobat rasa lelah saat sekedar beristirahat untuk memulihkan tenaga.

Menjelang tiba di Pos 1, barulah ada sedikit area terbuka yang memunculkan pemandangan indah puncak merapi di atas sana. Namun sialnya, pemandangan terbuka tersebut juga memunculkan gambaran trek terjal menuju pos 2 yang nantinya harus kami hadapi.

Sampai di Pos 1, kami tak punya banyak waktu untuk istirahat berlama-lama, karena waktu tak terasa sudah merangkak menuju sore. Dengan badan yang masih kelelahan usai dihajar tanjakan tadi, kami pun lanjut berjalan menuju pos 2 di atas sana, dimana kami berencana mendirikan tenda untuk bermalam.

Seperti yang saya prediksi sebelumnya, bukannya memberi bonus, trek menuju pos 2 malah menjurus makin menanjak terjal dengan karakteristik medan berbatu. Siksaan tanjakan terjal ini membuat ritme berjalan rombongan kami semakin melambat, hingga kemalaman sebelum sampai di area berkemah.
Merapi ternyata bukan hanya tentang summit attack yang katanya menyulitkan, namun sejak awal pun pendakian Gunung ini benar-benar sangat menguras fisik dan meneror mental.

Stop!!

papan peringatan batas pendakian gunung Merapi
Sebuah plang berwarna kuning terang tertancap kokoh di atas tanah berbatu di area Pasar Bubrah. Tulisannya berbunyi “Stop” ditulis dengan ukuran besar disertai dua tanda seru yang mengancam, dilanjutkan kalimat : “Berhenti di Sini, Batas Aman Pendakian”. Isu tentang pendakian Merapi yang dianjurkan hanya sampai Pasar Bubrah itu ternyata benar adanya. Pihak pengelola nampaknya tak mau ambil resiko kembali menambah korban tumbang di gunung ini.

“Gimana bro? lanjut muncak ngga nih?” Beberapa kawan mulai ragu untuk muncak setelah membaca tulisan di plang tersebut. Kami pun mulai terlibat diskusi kecil-kecilan untuk mengambil keputusan. Bagi saya, puncak adalah bonus dari perjalanan, dan juga menginjakkan kaki di puncak Merapi tak pernah jadi ambisi untuk diwujudkan.

Namun dari Pasar Bubrah, puncak merapi letaknya sudah tak jauh lagi bro, sesekali saat kabut mulai menipis tertiup angin, tanah tertinggi itu menampakkan kemegahannya seolah melambaikan tangan mengundang saya untuk datang kesana. Karena tiba-tiba rasa penasaran datang menyerang, apalagi saat ini kami sudah terlanjur berada disini, dan lagi pendaki lain juga banyak yang sedang naik ke puncak. Setelah menimbang-nimbang factor-faktor tersebut, akhirnya kami ambil resiko untuk lanjut mendaki menuju puncak.

Salah memilih jalur menuju puncak

trek terjal berbatu yang sangat berbahaya
Entah karena saat itu keadaan masih cukup gelap, atau mungkin juga factor kualat karena melanggar batas, rombongan saya dan beberapa pendaki lain harus terjebak di jalur yang salah. Alih-alih lewat jalur kiri dengan trek berpasir yang biasanya dilewati banyak pendaki, kami malah lewat jalur kanan yang punya medan pasir kerikil dengan banyak batu besar yang rawan lepas menggelinding ke bawah.

Belum sampai setengah perjalanan, kaki saya sudah gemetaran bingung mencari pijakan yang aman dan tak membahayakan orang-orang yang mengekor di belakang. Belum lagi konsentrasi harus terus dijaga demi bersiap-siap jika sewaktu-waktu ada batu besar yang datang dari atas. Dalam hati berkali-kali saya mengumpat kesal, sambil terus berdoa karena takut terjadi satu hal yang tak diinginkan.

Setapak demi setapak, dengan langkah sangat berhati-hati, akhirnya saya berhasil juga melewati jalur mengerikan ini hingga sampai di daerah bebatuan yang nampak sangat kokoh untuk dijadikan pijakan. Itupun dengan pengorbanan harus meninggalkan beberapa kawan seperjalanan di bawah. Dari atas sini saya bisa melihat 3 orang kawan yang masih kesulitan naik jauh di bawah sana. Agak egois memang, namun terus terang saya bingung, jangankan menolong kawan yang lain, berusaha untuk menolong diri sendiri saja sudah sangat menyulitkan.

Di sisi lain di jalur yang benar, serombongan bule malah asik meluncur turun di tanah berpasir. Mereka terlihat benar-benar menikmati seluncuran di atas trek pasir layaknya atlit ski di gunung bersalju seperti yang sering saya lihat di film-film. 2 jalur yang posisinya yang tak terlalu jauh ini benar-benar memunculkan situasi yang sangat kontras.

Menengok kawah dari gunung paling aktif di pulau Jawa

kerumunan pendaki di bibir kawah gunung Merapi
Setelah bersusah payah memacu adrenalin di jalur berbahaya, akhirnya saya tiba juga di bibir kawah Gunung Merapi yang katanya terkenal hingga ke mancanegara. Beberapa waktu lalu, tempat ini sempat menjadi hits dan mendominasi headline pemberitaan Nasional akibat kejadian tewasnya seorang pendaki yang terjatuh ke dasar kawah cuma gara-gara foto selpi di puncak tusuk gigi.

Karena masih sangat pagi, saat itu kawah merapi sedang berselubung kabut tebal bercampur asap belerang, membatasi jarak pandang saat sejenak melongok untuk melihat dasar kawah. Setelah menunggu beberapa lama, akhirnya kabut perlahan mulai menghilang dan memunculkan pemandangan mengerikan dasar kawah yang sangat dalam dengan hembusan asap belerang yang keluar tanpa henti. Tepian kawah didominasi tebing bebatuan kasar yang nampak sangat labil, yang sepertinya sangat rawan longsor. Di bagian tertinggi, sebongkah batu runcing yang disebut puncak tusuk gigi atau banyak yang menyebutnya puncak garuda berdiri dengan gagah.

Tak banyak yang saya lakukan di puncak ini, cuma menyalami teman-teman sesaat setelah tiba, berkeliling sejenak untuk mengambil beberapa gambar, dan selanjutnya menikmati sebatang rokok sambil menonton kelakuan orang-orang di sekitar sembari menunggu teman lain yang belum kunjung tiba.

Sibuk membuat tulisan pesan di kertas untuk kemudian diabadikan dengan kamera masih menjadi kegiatan favorit banyak pendaki di atas sini. Sementara yang sebagian lainnya antri berebut plang bertuliskan puncak gunung merapi sekian mdpl untuk dipakai aksesoris berfoto. Melihat mereka sibuk seperti itu, daripada bengong sendiri, saya pun jadi tergerak juga untuk ikut-ikutan membuat tulisan, hehe.

***

Itinerary Perjalanan Pendakian Gunung Merapi

1.Sampai di Pasar Selo dan Polsek Selo

base camp pendakian Gunung Merapi
Untuk melakukan pendakian, anda perlu melapor terlebih dahulu ke pihak Polsek Selo yang lokasinya berada di sekitar kawasan pasar Selo. Di pasar ini anda juga bisa membeli beberapa perbekalan yang dibutuhkan untuk pendakian. Basecamp Barameru sebagai tempat pendaftaran terletak tak jauh dari Pasar Selo di pinggir jalan menanjak menuju kawasan New Selo.

2. Mulai pendakian di New Selo

titik awal pendakian
Karena keterlambatan mobil yang kami tumpangi dari Tasikmalaya, pendakian Gunung Merapi yang direncanakan akan dimulai pagi harus dipending hingga siang hari. Setelah sampai di lokasi sekitar tengah hari, kami pun memulai pendakian pada pukul 12.50. Karena tak bakal ditemukan sumber air dari awal hingga sampai puncak, bersiaplah untuk mengisi perbekalan air secukupnya sejak dari sini.

3. Sampai di Gerbang Masuk Taman Nasional Gunung Merapi (2072 mdpl)

gerbang masuk trek pendakian
Trek awal pendakian dari New Selo menuju Gerbang Masuk TNGM melewati perkebunan penduduk dengan medan tanjakan yang lumayan menguras tenaga. Di awal para pendaki akan berjalan di sebuah jalan kecil dari tembokan, hingga kemudian lanjut dengan trek tanjakan bertanah keras. Karena ritme berjalan yang lumayan santai, kami baru tiba di pos gerbang masuk TNGM sekitar pukul 14.50. Jadi dari New Selo menuju pos Gerbang Masuk kurang lebih memakan waktu sekitar 2 jam perjalanan.

4. Sampai di Pos 1 Watu Belah (2302 mdpl)

pos satu sebagai tempat istirahat yang nyaman
Selanjutnya, barulah trek pendakian yang sebenarnya bakal mulai bisa kita nikmati. Dari pos Gerbang Masuk TNGM menuju ke Watu Belah (Pos 1), trek pendakian mulai menanjak terjal, dengan medan berupa tanah keras.

Di pertengahan jalan, akan ditemui sebuah persimpangan yang membagi jalur menjadi 2 pilihan. Jika melalui jalur kanan (seperti yang saya pilih), jalur yang harus dihadapi relatif tak terlalu panjang, namun tanjakan yang menghadang bakal lebih curam dan lumayan menyiksa. Sedangkan jika melalui jalur kiri, medannya tetap menanjak terjal, namun banyak bonus tanah datar dengan jalur yang lebih panjang dan memutar.

Saya berhasil sampai di pos 1 pada pukul 16.20, jadi dari Gerbang Masuk menuju Pos 1 kurang lebih memakan waktu 1,5 jam.

5. Sampai di Pos 2 (2534 mdpl)

Menurut saya perjalanan dari Pos 1 menuju Pos 2 merupakan yang terberat, karena medan yang harus dilalui adalah tanjakan terjal nan panjang tanpa bonus dengan medan bebatuan. Sempat beristirahat cukup lama karena kemalaman, kami tiba di Pos 2 sekitar pukul 18.15. Dengan begitu, perjalanan dari Pos 1 menuju Pos 2 memakan waktu hampir 2 jam.

6. Berkemah di antara Pos 2 dan Pasar Bubrah

Karena banyak pertimbangan, salah satunya demi menghindari terpaan langsung angin gunung, rombongan kami memilih lahan yang lumayan luas dan terlindung pepohonan tak jauh dari Pos 2 sebagai tempat bermalam. Menurut saya, dibandingkan dengan Pasar Bubrah, lokasi ini cukup strategis, aman dan nyaman untuk dijadikan tempat berkemah. 

7. Berangkat menuju Pasar Bubrah

Karena cuaca yang sangat berkabut, kami memutuskan tidak terlalu nyubuh untuk berangkat menuju puncak, karena toh sudah hampir pasti tak bakal dapat sunrise indah. Dari tempat berkemah, akhirnya kami berangkat sekitar pukul 5 pagi dengan ritme jalan santai seperti biasa, dan tiba di Pasar Bubrah pukul 05.20. Jika berjalan dengan ritme yang lebih cepat, sebenarnya Pasar Bubrah bisa dicapai dengan waktu yang relatif lebih singkat, karena posisinya memang tak terlalu jauh dari tempat berkemah kami.
lautan awan di sekitar pasar bubrah sesaat setelah turun dari puncak

8. Summit Attack

foto bersama di puncak Merapi
Dan akhirnya, bagian akhir dari pendakian menuju puncak merapi pun dimulai. Saya mulai naik dari Pasar Bubrah pada pukul 05.40 dan baru sampai di puncak pada pukul 07.45, butuh waktu 2 jam perjalanan bro! Mengapa begitu lama? Seperti yang sudah saya ceritakan di atas, kami memilih jalur yang salah dan terpaksa harus bergelut dengan banyak rintangan berbahaya.

9. Turun dari Puncak Menuju lokasi Berkemah

turun gunung menuju pasar bubrah
Setelah puas berfoto, kami akhirnya kembali turun menuju ke Pasar Bubrah sekitar pukul 08.35 dan sampai disana dengan sangat cepat, kurang lebih hanya memakan waktu 10-15 menit perjalanan. Turun dari puncak merupakan bagian paling menyenangkan dari perjalanan, karena disini kita bisa seluncuran menyusuri trek menurun berpasir halus. Setelah puas beristirahat dan berburu foto di Pasar Bubrah barulah kami kembali turun ke perkemahan dan sampai disana pada pukul 09.30.

10. Turun Gunung kembali ke New Selo

Dari tempat berkemah kami mulai berangkat turun gunung pada pukul 13.30, dan baru sampai di New Selo pada pukul 5 sore. Lagi-lagi mengapa begitu lama hingga memakan waktu 3,5 jam perjalanan? Karena saya turun dengan ritme super santai.

11. Total Waktu Perjalanan

Jika ditotal waktu perjalanan pendakian Gunung Merapi yang saya lakukan kurang lebih memakan waktu 7,5 jam untuk naik hingga menuju puncak, dan 4 jam untuk turun gunung. Sebagai catatan, estimasi waktu tersebut merupakan waktu berjalan ditambah waktu break yang kami ambil di sela-sela perjalanan. Pendakian ini juga dilakukan dengan ritme berjalan yang sangat santai.

Jika anda melakukan pendakian Gunung Merapi dengan ritme berjalan standar atau bahkan cepat, dengan tidak terlalu banyak mengambil waktu break untuk beristirahat, waktu perjalanannya mungkin bisa dipangkas menjadi lebih singkat dari yang saya alami.

Info lain Gunung Merapi

peraturan yang tak boleh dilanggar di Kawasan Taman Nasional Gunung Merapi
Jalur Selo merupakan satu-satunya jalur pendakian resmi Gunung Merapi. Lokasinya tak terlalu jauh dari Basecamp Jalur Selo Pendakian Gunung Merbabu, sehingga akan sangat efisien dan menghemat biaya jika anda mendaki kedua Gunung ini dalam sekali perjalanan. Gunung Merapi dan Gunung Merbabu merupakan 2 dari banyak gunung di Jawa Tengah yang sangat layak untuk anda daki.

Menurut kawan saya, harga tiket pendakian Gunung Merapi sering berubah-ubah. Di pendakian kemarin, kami hanya harus membayar Rp 5.000,- saja untuk setiap orang. Sedangkan di pendakian sebelumnya, kawan saya malah harus membayar Rp 15.000,- per orang.

Di sepanjang jalur pendakian Gunung Merapi tak bakal ditemukan sumber air, maka dari itu bersiaplah untuk membawa seluruh perbekalan air yang diperlukan sejak dari titik awal pendakian.

Untuk kemanan dan kenyamanan pendakian, saya sarankan untuk memakai sepatu gunungberkualitas dengan bagian leher tinggi yang melindungi hingga bagian mata kaki. Karena trek menuju puncak sangat berpasir, saya sarankan juga untuk memakai gaiter sebagai pelindung tambahan agar partikel pasir tidak masuk kedalam sepatu.

***

Semoga cerita dan data dalam tulisan ini dapat bermanfaat untuk anda semua. Jangan lupa untuk tidak meninggalkan apapun selain jejak, tetap mengutamakan keselamatan saat melakukan pendakian, dan selalu gunakan peralatan mendaki standar. Salam Lestari!